Rabu, 07 Desember 2016

Kisah Habib Alwi Al Maliki dan Imam Al Jazuli serta Keutamaan Sholawat

Pembukaan Kitab Sirah Nabi, Selasa, 6 Desember 2016, 7 Robiul Awal 1438 H
Kitab Tarekh Al Hawadits, karangan Habib Alwi Al Maliki
Khodimul Majelis : HABIB SYUKRI BIN ALI SYAHAB
Mushola Al Ikhlas, Kuto
Ba’da Isya

Pada pembukaan kitab ini, dibacakan kisah pengarang Kitab Tarekh Al Hawadits, yaitu Habib Alwi Al Maliki dan pengarang Kitab Dalail Khoirot (kumpulan sholawat) yaitu Abu Abdillah bin Muhammad bin Sulaiman Al Jazuli (Imam Jazuli).
Kitab Dalail Khoirot adalah kitab yang berisi kumpulan sholawat dan dibaca ulama-ulama besar dan menjadi rujukan di pondok pesantren. Kitab Dalail Khoirot dikarang karena sebuah kejadian yang luar biasa yang dialami Imam Jazuli.
Kitab Dalail Khoirot berisi Asma Nabi (nama-nama yang baik/gelar bagi Nabi Muhammad). Asma’ Nabi dibaca setiap majelis ini dimulai, sebelum membahas kitab Tarekh Al Hawadits. Oleh karena itu dikisahkan juga pengarangnya.

Habib Syukri mengisahkan tentang Imam Jazuli dan keutamaan sholawat :
Imam Jazuli (pengarang Dalail Khoirot) adalah seorang soleh, dia orang yg luar biasa dan memiliki keutamaan2. Pada suatu hari ia pergi, ke luar dari negerinya. Dalam perjalanannya, ketika hendak sholat maka mampirlah ia ke sebuah masjid dan mencari tempat untuk berwudlu. Setelah berkeliling ia tidak mendapati tempat khusus untuk berwudlu di masjid tersebut. Ia pun mencari ke tempat lain dan akhirnya ia menemukan sebuah sumur maka senanglah hatinya dan didekatinya sumur tersebut. Namun setelah ia sampai di sumur itu Imam Jazuli sangat kecewa karena ia mendapati air sumur itu terlalu dalam dan tidak bisa diraih untuk berwudlu. Dengan kebingungan dan harapan kiranya ada seseorang yang mau membantunya, ia kembali mendekat ke masjid tersebut dan duduk. Setelah beberapa saat, alangkah senangnya hati imam Jazuli karena ada seorang tua yang datang ke masjid untuk sholat dan orang tersebut langsung menghampiri sumur yang dihampiri imam Jazuli untuk berwudlu tadi. Lalu imam Jazzuli memperhatikan orang tersebut dan ia melihat keadaan mulut orang tua tadi berkomat kamit membaca sesuatu lalu berwudlu di sumur tadi tanpa suatu alat pun ia berwudlu meraih air di sumur dengan mudahnya. Imam jazuli bingung dan bertanya, bagaimana ia berwudlu, sedangkan air di sumur tersebut sangat dalam. Setelah orang tua tersebut selesai berwudlu, orang tersebut masuk ke masjid dan sholat. Dengan penasaran imam jazuli mendekati sumur tersebut untuk berwudlu sebagaimana mudahnya orang tua tadi berwudlu. Namun setelah di bibir sumur, imam Jazuli kembali mendapati air sumur yang dalam. Dan ia kembali bingung bagaimana orang tua itu berwudlu dengan mudahnya. Lalu imam Jazuli kembali menjauhi sumur. Selang beberapa waktu, datanglah seorang anak kecil yang mendatangi sumur tadi untuk berwudlu. Lalu imam jazuli mendapati keanehan lagi. Ia mendapati anak tersebut berkomat kamit membaca sesuatu dan berwudlu dengan mudahnya sebagaimana orang tua tadi. Dengan mudahnya ia meraih air di sumur itu lalu membasuh anggota wudlunya. Setelah anak tersebut selesai berwudlu,maka turun lah permukaan air di sumur itu. Lalu dengan sigapnya Imam Jazuli memegang tangan anak tersebut lalu berkata
“Demi Allah, bacaan apa yang kau amalkan sehingga engkau dapat berwudlu dengan mudahnya di sumur ini”
lalu anak tersebut menjawab
“Begitulah cara kami disini. Tidak ada suatu amalan yang aneh yang kami lakukan. Itu amalan biasa. Kami ketika hendak berwudlu, kami hanya membaca sholawat untuk baginda Nabi. Sehingga permukaan air sumur itu naik dan memudahkan kami berwudlu. Itulah amalan kami. Itulah yang kami lakukan disini.”

Sontak terdiam dan tertegunlah Imam Jazuli mendengar jawawaban anak itu. Lalu Imam Jazuli berkata, “Kalau begitu coba engkau lafadzkan sholawatmu, aku hendak berwudlu di sumur ini”.
 Lalu anak kecil tadi berkomat-kamit membaca sholawat, maka naiklah permukaan air tadi dan berwudlu lah Imam Jazuli.

Sejak kejadian yang luar biasa inilah Imam Jazuli memahami keutamaan sholawat, begitu utamanya sholawat. Karena itu pula ia kemudian mengarang kitab Dalail Khoirot yang berisi kumpulan sholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang dipakai hingga saat ini. Dan di majelis Habib Syukri ini, pada setiap membuka majelis, akan dibacakan Asma Nabi, nama nama yang baik bagi Nabi Muhammad (menukil dari kitab Dalail Khoirot).


Kisah Kedua yang disampaikan Habib Syukri bin Syahab, kisah Habib Alwi Al Maliki.

Kisah kedua ini merupakan kisah yang ada di zaman kita sekarang, bukan dongeng, bukan mitos, kisah yang terjadi di masa kehidupan kita, cerita yang belum lama kejadiannya
Habib Alwi Al Maliki wafat pada tahun 2004 (12 tahun yang lalu).
Habib Muhammad bin Abdullah Al Hadarr wafat pada tahun 1997 (19 tahun yang lalu), beliau adalah Guru dan Mertua dari Habib Umar bin Hafidz.

Habib Alwi Almaliki adalah seorang yang luar biasa karomah nya, ia adalah seorang Waliullah dan beliau hidup di zaman kita, seseorang yang dekat dengan Allah, seseorang yang dekat dengan Rosulullah. Pada usia belasan tahun ia sudah hafal alquran dan hafal ribuan hadis lengkap dengan sanadnya hingga ke Rosulullah. Ia juga mengarang banyak kitab. (untuk mengetahui profil beliau, silakan cari di google).

Habib Syukri mengisahkan,
Pada suatu waktu habib Alwi al Maliki sedang mengarang sebuah kitab (kalau tidak salah tangkap, umurnya masih belasan pada saat itu. Namun sudah nampak ketinggian derajatnya). Ia mengarang sebuah kitab dengan hanya menukil dari beberapa kitab, bukan berdasarkan pemikiran beliau. Ia mengambil dari banyak kitab, lalu dituangkannya ke dalam kitab yang disusunnya (ane dak nangkep nama kitabnya). Setelah banyak ia menukil dari kitab-kitab lain, ia menyelesaikan kitabnya. Namun dengan kerendahan hati dan untuk menjaga kebenaran tulisan beliau, ia meminta koreksi kitab yang ia susun ke beberapa ulama besar. Salah satunya ia minta kitab yang disusunnya untuk dikoreksi oleh Habib Muhammad bin Abdullah Al Hadarr. Singkat cerita dikoreksilah kitab itu oleh Habib abdullah Al Hadarr namun ia mendapati banyak kesalahan disana-sini di kitab tersebut. Maka dikembalikanlah kitab tersebut kepada Habib Alwi Al Maliki yang masih belia saat itu, untuk diperbaiki. Dengan melihat banyaknya kesalahan di dalam kitab yang disusunnya, maka Habib Alwi Al Maliki mengurungkan niatnya untuk membuat kitab itu. Disimpanlah kitab itu dan tidak akan dipublikasikan. Ia berpikir kitab ini isinya hanya menukil dari kitab2 ulama besar sebelumnya dan aku sangat berhati-hati dalam menuliskannya, namum mengapa banyak kesalahan yang kutulis, mungkin mereka tida ridho atas apa yang telah diambil dari kitab2 mereka. Sehingga aku salah menuliskannya kembali.

Singkat cerita, pada suatu malam Habib Muhammad bin Abdullah Al Hadarr bermimpi bertemu rosulullah. Dalam mimpinya rosulullah berkata kepadanya, temuilah Alwi Al Maliki sampaikanlah kepadanya bahwa semua kesalahan-kesalahan pada kitab yang ditulisnya telah diperbaiki. Maka datanglah Habib Abdullah Al Hadarr menemui Habib Alwi Al Maliki. Ia menyampaikan perihal mimpinya. Maka terkejutlah Habib Alwi Al Maliki mendengar mimpi tersebut. Maka dibukalah kitab itu, dan benar, semua kesalahan yang ada pada kitab yang sedang disusunya itu sudah diperbaiki.

Kisah lainnya tentang Habib Alwi Al Maliki.
Karena ketinggian derajatnya, Habib Alwi Al Maliki adalah seseorang sering bertemu rosulullah, bukan hanya dalam mimpi, ia sering bertemu rosulullah secara langsung, bukan dalam mimpi. Dan ia juga mempunyai seorang murid yang bersih hati dan mulia akhlaknya. Karena kebersihan hati dan kemuliaan akhlaknya, muridnya ini pun seringkali bermimpi bertemu rosulullah. Apa yang dimimpikannya pasti ia sampaikan kepada gurunya, Habib Alwi Al Maliki. Suatu saat habib alwi Al Maliki berpesan kepadanya, jika malam ini kau bermimpi bertemu rosulullah, maka tolong sampaikan salamku untuk nya. Maka pada malam harinya murid habib Alwi Al Maliki ini pun bermimpi bertemu rosulullah. Namun apa yang ia dapati. Ia mendapati dalam mimpinya tersebut, rosulullah sedang duduk bersama gurunya, Habib Alwi Al Maliki. Maka keesokan harinya, ditanyalah murid tersebut oleh Habib Alwi Al Maliki, “Apakah sudah kau sampaikan salamku untuk rosulullah?” murid nya menjawab, “bagaimana aku menyampaikan salam dari mu wahai Guru, sedangkan aku mendapati engkau sedang duduk bersama rosulullah”.


Shollu ‘Alannabi..
Spesial bulan Maulid ini, mari perbanyak sholawat kepada Rosulullah.
Semoga apa yang ditulis ini bermanfaat bagi kita semua.
Boleh dishare sebagai bentuk kecintaan kita kepada Rosulullah dan kecintaan kita kepada orang-orang soleh..yang memiliki derajat yang tinggi.. yang selalu bersama rosulullah.

(Jika ada kesalahan dalam tulisan ini, itu semua adalah khilaf dari penulis, bukan kesalahan guru-guru kita). Wallahu a’lam.




Habib Syukri bin Ali Syahab